Rabu, 23 Maret 2011

"Sungguh, Aku Cinta dan Sayang dengan Keluarga ini"

"cepat habiskan makanan mu, mubajir kalau tidak habis, kan semua ini rizky dari Allah"
ya, kata - kata yang masih terekam dalam ingatan Hari di kala itu,,,,
kata - kata yang terucap dari bibir kakaknya,,,,
Iwan, begitulah biasa ia dipanggil, sedikit berlawanan karakter dengan adiknya,,,,
Sampai pada suatu hari dikala Iwan memainkan gitarnya,,,,
Jreng,,,, jreng,,,, (bunyi dawaian senar gitar milik Iwan)
Hari   : "duch, kak, berisik tahu !,,,,
Iwan : "berisik ?, memangnya sekencang itukah alunan petikan gitar ku ?,,,,
Hari   : "ya iyalah, masa suara santer seperti itu seperti kakak tidak merasakan !,,,,
Iwan : "oh, maaf deh kalau begitu, biar kakak pindah tempat saja,,,,

(tiada sedikit kekesalan pun dalam hatinya,setelah itu
akhirnya Iwan pun pindah tempat bersama dengan gitarnya)
Iwan memang suka bermain gitar, wajar jika kesehariannya diiringi alunan dawai petikan gitar.
Mengamen pun pernah dijalaninya, Sampai - sampai tamparan pernah Iwan dapatkan dari Ayahnya,
lantaran Ayahnya menganggap hal itu adalah Kegiatan tidak Berguna,
dan hanya dianggap sampah oleh Kebanyakan Masyarakat.
Tamparan itu tidak dibalas oleh Iwan, ia sadar bahwa jika ia membalas,
sama saja Iwan bagai Anak Durhaka, tiada sedikit pun mulutnya bergumam akan perihal itu,
Iwan hanya menatap tapi tidak tajam, Iwan pun berkata;
Iwan : "yah, tamparan ini tak kan Iwan balaskan, tamparan ini tak kan Iwan persoalkan,
            Iwan juga tak mau dianggap Anak Durhaka,,,,
Ayah : "maka dari itu kamu harus sadar Wan, kamu harus sadar bahwa yang kamu lakukan ini
             tiadalah guna, apalagi Mengamen yang jelas - jelas notabennya adalah aktifitas
             Anak Jalanan, kamu ini anak Ayah Wan !,,,,
Iwan : "Iwan mengerti apa maksud Ayah, tapi coba Ayah fikir, akan lebih buruk mana antara
             Iwan Mengamen, Mabuk - mabukan atau Mencuri bahkan Merampok ?,
             Iwan masih sadar diri kok Yah !,,,,
(Pergolakan Bathin yang kerap kali terjadi antara Ayah dan Iwan)

Miris terkadang hati Hari melihat Pergolakan itu, terkadang ada niatan Hari untuk melerai,
namun Hari takut dianggap bau kencur/anak kecil, Hari sayang dengan Ayah dan Kakaknya,
walau berlawanan karakter, tapi itu sebenarnya rasa ungkapan sayang.
Hari   : "pasti sakit ya kak tamparan - tamparan yang Ayah berikan ke Kakak ?,,,,
Iwan : "tidak sesakit jika kakak disuruh membuang gitar atau menghentikan nada - nada
             dari dawaian gitar kakak, bagi Kakak, Gitar dan Nada ini bukanlah Kejahatan,
             ini alunan ungkapan perasaan, tak pernah pula nada ini menghujat atau
             menghina seseorang,,,,
Hari   : "ade tahu kak, ade juga minta maaf kalau selama ini banyak pertentangan
             karakter diantara kita yang terkadang menimbulkan pertikaian fikiran
             yang menyulutkan emosi,,,,
Iwan : "tidak apa - apa de, wajar kan ?,,,,
(Tanpa sadar, Ayah melihat obrolan mereka dari balik pintu,
 namun tidak menghampiri mereka, Ayah hanya memperhatikan obrolan mereka)

Beberapa hari kemudian, dalam sebuah Pelataran,,,,
Hari   : "kak,,,, kakak,,,, (seru Hari memanggil Kakaknya)
             Ayah melihat Kakak tidak ?, kok tidak ada di kamarnya ?,,,,
Ayah : "Kakak mu sudah pergi, dia pamit lalu menitipkan Surat ini sama Ayah,
             dia meminta Ayah untuk menitipkannya kepada kamu,,,,
(Bergegas Hari mengambil surat itu dari tangan Ayahnya, lalu Hari membacanya)
"Suatu hari, kamu pasti akan mengerti de kenapa Kakak pergi,
 bukan untuk menjauhi atau menghindari diri dari Keluarga ini,
 bukan pula Kakak tidak menghargai Perasaan yang ada sampai dengan saat ini,
 Kakak cuma ingin mengutarakan segala yang bergejolak dalam benak ini,
Sungguh, aku Cinta dan Sayang dengan Keluarga ini,
 sungguh, kamu pasti akan mengerti jika tiba saatnya nanti"
"Dawaian Nada Hanya Untuk Ungkapan Semata"
"Aku tahu Karakter Kita Berbeda, tapi sungguh Aku Cinta & Sayang sama Ayah"
"Bacalah Surat ini, kau pun kan Mengerti dan Memahami"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar