Rabu, 23 Maret 2011

“Disini Untuk Melangkah Pergi”

“Aku tahu Kakak adalah orang yang pandai mensyukuri segala sesuatu yang ada di rumah ini”,
  (Tutur Adi kepada Rangga)

- “Sok tahu kamu, tahu apa kamu tentang semua ini ?,
   urusi saja Mata Pelajaran mu itu, usah sok perhatian seperti itu,
   aku tak perlu perhatian darimu, aku mengerti apa yang tersirat untuk ku”

   (Tampak Rangga dengan sedikit kekesalan)

-  Adi minta maaf sama Kakak, Adi tidak bermaksud apa – apa,
   Adi hanya ingin menyapa Kakak ?, apa hal itu salah dimata Kakak ?,
   Kalau memang sapa Adi ke Kakak membuyarkan Pandangan Kakak,
   Adi minta maaf yang sebesar – besarnya sama Kakak,
   Oh ya, ini ada segelas air putih untuk Kakak, moga Kakak mau meminumnya.

   (Dengan sedikit Hati bertanya, Adi pergi meninggalkan Rangga)

   (Lalu, keesokan harinya)
-  Kak Rangga, temani Adi jalan – jalan yuk, Kak Rangga mau kan ?
-  Oga ach, males rasanya, kamu aja sendiri sana, Kakak mau disini aja.
-  Tapi Kak ?.
-  Sudah sana,,,,

    (Dalam hati Adi bertanya lagi)
-   “Kenapa seolah Kak Rangga tidak menyayangiku ?”

    (Beberapa hari kemudian, timbul niatan Adi untuk membuat Puisi)
-   Tidak bagus ini mah, jelek, apaan coba.
-   Kakak kan belum lihat keseluruhannya, please Kak, ayo dong lihat !
-   Engga, pokoknya, aku bilang tidak ya tidak.
-   Kak, Puisi ini Special Adi buat untuk Kakak,
-   Kakak orang pertama yang Adi ijinkan untuk melihatnya,
    Please Kak, sekali ini saja, Adi mohon sama Kakak.
-   Baiklah, Kakak baca seutuhnya.
-   Oke, makasih ya Kak.

    (Dengan Hati gembira, Adi meluapkan dengan Menatap Rangga)

    (Namun, kegembiraan itu tak berlangsung lama, Rangga kembali berubah dengan keemosiannya,
     Rangga begitu geram dengan adiknya, seolah Adi bukanlah Saudara Kandungnya)

-   Kau ini kenapa sich ?, cari perhatian ya ?, caper kok sama aku,
    Caper tuch sama Ayah Ibu, tiap hari selalu saja kau membuntuti aku,
    berusaha untuk mengajak aku kemana kamu mau, aku bukan anak kecil lagi,
    tahu apa kamu tentang masalah ku, mau kuhajar kamu biar kamu diam !.
-   Astaghfirullah, Kak, Kak Rangga itu Kakak ku,
    apa salah jika seorang adik memberikan perhatian kepada Kakaknya ?,
    Adi sayang sama Kak Rangga, Kak Rangga itu adalah bagian dari Hidup Adi,
    memangnya Kak Rangga tak sayang sama Adi ?.

    (Pack, tamparan yang didapat Adi dari Rangga)

-   Kakak sayang sama aku, Kakak sayang aku, aku tahu itu.
    (Dengan sedih hati Adi pergi meninggalkan Rangga sendiri)

    (Sampai suatu hari, disaat Rangga duduk sendiri,
     akhirnya Adi memberanikan diri untuk bicara dari Hati ke Hati)

-   Kak Rangga mau marah, kesel, sebel sama Adi tidak apa – apa,
    tapi kenapa disaat Adi mengutarakan Perasaan Sayang Adi ke Kakak,
    Kakak begitu sangat tidak suka, mengapa Kak ?,
    apa salah ku sehingga Kak Rangga berubah dengan drastisnya ?,  
    Mengapa keceriaan Kak Rangga tidak seperti dulu kala ?
-   Lagi – lagi pertanyaan mu seperti itu, sudahlah, biarkanlah apa adanya,
    kalau kau tak suka juga tak mengapa, ini semua kan aku yang bermula.
-   Kak Rangga, jika photo Kakak aku simpan di Buku, Saku, atau Diary ku,
    apa Kak Rangga marah padaku ?, apa Kak Rangga kan benci kepadaku ?.
-   Itu hanya photo, buat apa mesti marah, benda seperti itu saja dipermasalahkan
-   Kak, semalam Adi mimpi kalau Kakak pergi meninggalkan Adi,
    dalam mimpi Adi memanggil Kakak, tapi Kakak tidak menyahut,
    Kakak malah terus pergi menjauh, apa mimpi itu akan menjadi nyata buat aku ?.
-   Kamu ini, selalu saja !.

    (Ternyata mimpi yang dialami Adi adalah sebuah kenyataan,
     Rangga pergi meninggalkan Adi tanpa berpamitan kepadanya)

-   Ayah,,,, Ibu,,,, Kak Rangga dimana ?, kok dari tadi tidak kelihatan ?,
    Kak Rangga pergi kemana ?, kok tidak bilang sama Adi, apa dia marah sama Adi ?

    (Setahun telah berlalu dan Adi hanya terbaring kaku di ICU,
    disaat itu pula Rangga datang dengan perubahan)

-   Ayah,,,, Ibu,,,, dimana ?, Bi, Ayah dan Ibu dimana ?, kok tidak ada ?,
    disemua ruangan pun tidak ada, kemana bi ?.
-   Masya Allah, ini bener den Rangga ?, paling bibi lihatnya den,
     Ayah sama Ibu den Rangga di rumah sakit.
-   Rumah sakit ?, memangnya siapa yang sakit bi ?.

    (Dengan wajah menunduk dan ucap yang sedikit kelut)

-   Ayah sama Ibu den Rangga menjenguk den Adi, den Adi koma den,
    sudah hampir setahun, den Adi koma akibat kecelakaan den,
    dia ditabrak oleh pengendara mobil yang lain waktu di jalan,
    pas kecelakaan itu, den Adi selalu menyebut nama den Rangga.

    (Tanpa berfikir panjang, Rangga bergegas menuju rumah sakit,
    sesampainya di rumah sakit, Ayah dan Ibunya terlihat dari kejauhan,
    menatap ke arah Rangga dengan tatap Heran dan Ketajaman)

-   Ayah, Ibu, maafin Rangga ya, maafin Rangga karena gagal menjadi anak yang baik,
    Rangga hanya membuat susah semua, Rangga hanya menjadi duri dalam keluarga,
    Rangga minta maaf yang sebesarnya.
-   Kamu betul – betul keterlaluan Rangga, Adi itu Adik kamu, saudara kandung kamu,
    apa salah jika dia terlalu menyayangimu dan memperhatikanmu ?,
    dia selalu bertanya tentang kamu, dia selalu menanyakan kamu,
    Kakak macam apa kamu Rangga, sampai adikmu KOMA pun kamu tidak tahu,
    lihat,,,, lihat,,,, adikmu terdiam, terbujur tanpa sepatah kata, lihat Rangga, lihat.

    (Banyak terdiam, banyak air mata menitik di pipi Rangga)

-   Dia juga pernah menuliskan surat buat kamu, ada di rumah suratnya, kalau begitu,
    Ayah sama Ibu pulang dulu, mengenai surat, di rumah saja nanti Ayah berikannya,
    bicaralah kepada Adikmu, dia pasti mendengarkan.
-   Maafin Kakak, Kakak rasa sangat bersalah sama kamu,
     Kakak memang bukanlah Kakak terbaik, Kakak ini orang jahat,
     Kakak memang orang yang tidak perduli, tapi dalam hati Kakak,
     jujur Kakak katakan kalau Kakak sayang sama kamu, maafin Kakak de.

     (Akhirnya selang berapa lama, Rangga pun balik menuju ke rumah,
     di rumah Ayah menanti dengan surat di tangannya)

-    Bacalah, mungkin dengan membaca surat itu, kamu akan mengerti segala sesuatunya.

     (Perlahan Rangga meraih surat yang ada di tangan Ayahnya,
      perlahan pula Rangga mulai membacanya)  

    "Jika hanya air putih yg kusuguhi masih enggankah kau mnyambut pagi ?,  
      Jika aku mlangkah dgn sbuah kaki masih enggankah kau menemani ?,  
      Jika hanya sbuah kata yg dpt kuberi masih enggankah kau menerima dgn sudi ?,  
      Jika Amarahmu teredam dgn sndiri masihkah air matamu mmbasahi ?,  
      Jika Photomu kusimpan dgn rapi masih kah rindumu mnghiasi ?,
      Jika aku brharap kau tetap disini masih ringan kah langkahmu tuk mninggalkan pergi?"

      (Rangga terdiam, dan hanya terdiam dengan Tangis Terdalam)


"Air Putih Kusuguhi tuk Bersama Menyambut Pagi"
"Tetap disini Tuk Temani"
"Kata Kuberi agar Kau Menerima dengan Sudi"
"Meredam Emosi"
"Kau Kusayangi"
"Jangan Pergi"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar