Selasa, 29 Maret 2011

"Dengan Kata Berbijak Nyata, Dengan Harta Berbagi Bahagia"

( Pagi hari ketika Aksan sedang duduk sambil makan,
  datang seorang Pak Tua dari Kejauhan dengan Seraya Ucapan )

"Minta Sedekahnya Nak, sudah dua hari ini Bapak belum makan"
- Tidak ada Pak, ini saja saya lagi makan, Bapak malah datang,
  mengganggu selera makan orang saja, sudah pergi sana Pak.
- Tolong Nak, Bapak sangat lapar sekali.
- Memangnya Bapak tidak punya Anak apa ?, tanggung jawab mereka sebagai anak dimana ?,
  masa orang tuanya ditelantarkan seperti ini, sudah sana pergi Pak !.

( Keesokan harinya di waktu yang sama, Bapak Tua itu melintas dan
  berdiri tepat di depan rumah Akmal )

"Minta Sedekahnya Nak, sudah tiga hari ini Bapak belum makan"
- Sebentar ya Pak, saya ambilkan dulu makanan di Dapur.

( Tanpa sepengetahuan Akmal, ternyata diam - diam Aksan memperhatikan )

- Itu kan Bapak Tua yang kemarin meminta - minta di rumah ku,
  sekarang meminta - minta di rumah Akmal, mau apa tuch si Akmal ?, hmm,,,,

( Dengan rasa Penasaran yang sangat, akhirnya Aksan memutuskan untuk mencari tahu )

- Oh, ceritanya ada orang yang mau memberikan Sedekah nich ?,
  ech, ada si Bapak yang kemarin, masih belum makan Pak ?,
  masih mencari makanan dari orang Pak ?.
- Astaghfirullah, Aksan !, sudah cukup, Bapak Tua ini tidak meminta kepadamu,
  lalu kenapa kamu seperti Cacing Kepanasan saja, datang - datang bicara tidak karuan,
  tidak malu kamu dengan Latar Pendidikan ?,
  jika memang kamu tidak mau Memberi jangan lebih banyak Menggurui,
  satu hal yang perlu kamu ketahui, aku bukan orang yang seperti kamu tuduhkan,
  silahkan angkat kaki kamu dari Pelataran rumah ku !.
- Baik, dasar orang Miskin belagu, sok banyak uang !

( Dengan Emosi yang sudah berkecamuk, hampir saja Akmal menghajar Aksan,
  dengan sigap, Bapak Tua Peminta menenangkan Akmal )

- Sabar Nak, "Inallaha Ma'asobirin" "Sesungguhnya Allah itu berserta orang - orang yang sabar",
  jiwamu hampir sepenuhnya dikuasai Syaitan, dia akan benar - benar tertawa jika tadi kamu menghajar Aksan,
  biarkanlah anak itu, biarkan ia dengan sesuka Hatinya, Bapak sudah melihat Keikhlasan dan Ketulusan kamu,
  kamu orang baik, jangan sampai karena perihal tadi Nilai Amalan mu menjadi Rusak.
- Astaghfirullah,,,, Astaghfirullah,,,, Astaghfirullah,,,,
  maafin Akmal Pak, Akmal tersulut Emosi, Akmal hanya tidak suka dengan Sikap dan Perilakunya.

( Hanya dengan Senyuman ^_^, lantas Bapak Tua Peminta membalas gurauan Akmal )

- Oh ya, Bapak kan belum minum sehabis makan tadi, sebentar ya Pak, saya ambilkan minum dulu

( Betapa terkejutnya Akmal setelah tahu bahwa Pak Tua Peminta sudah tidak ada,
  kesana kemari sudah dicarinya, tapi tetap tidak ada, dengan Keheranan yang sangat Akmal didera )

( Lalu, keesokan Harinya, di Rumah Aksan banyak orang Mengerumuninya )

"Tidak,,,, Tidak,,,, Tidak,,,, jangan bawa Harta Benda milik saya Pak,
  lalu, kenapa Rumah kami juga disita ? kenapa Pak ?"
- Maaf, dikarenakan Orang Tua anda Terlilit Hutang dengan Besarnya,
  lalu Orang Tua anda berniat Meminjam Dana dari kami Semua,
  dengan Masa Tempo, lalu kami menyetujui Peminjamannya,
  sekarang, sudah Jatuh Masa Temponya, Orang Tua anda tidak bisa Melunasinya,
  jadi, dengan terpaksa, kami menyita Harta Benda berserta rumahnya, maaf.
"Dengan Kata Berbijak Nyata"
"Dengan Harta Berbagi Bahagia"

Sabtu, 26 Maret 2011

"Kasih Sayang Aya bersama Bunda"

( Hujan turun pertanda riang hati Aya, karena Pelataran Halaman rumahnya ditumbuhi Bunga. Begitu antusias Aya dalam merawatnya, dari Benih hingga tumbuh Indah Penuh Warna )

-     Bunda, Bunda lihat deh, Bunga - bunga Aya sudah bermekaran, bagus - bagus Bunda,
      ayo Bun sama - sama kita lihat.
-     Apaan sich kamu Ya, Bunda capai nich, kamu malah ajak Bunda lihat Bunga.
-     Tapi Bun, Bunga - bunganya bagus semua, ayo dong Bun ?.
-     Sudah, Bunda bilang capai ya capai, kamu mengerti tidak sich Ya ?,
      Bunda mau Istirahat, jangan ganggu Bunda.

( Dalam Hati yang terdalam; "Bunda kenapa ?, apa Bunda ada masalah ?,
 apa ada kata - kataku yang menyakitkan Bunda ? )

-     Selamat Pagi Bunda, Aya lihat Bunda tidur pulas sekali,
      tadinya Aya mau bangunkan Bunda, tapi Aya takut Bunda jadi terganggu,
      oh ya, Aya juga sudah siapkan sarapan buat Bunda, sudah sana, ganggu Bunda saja,
-     sana kalau kamu memang mau berangkat ke sekolah.

( Ada apalagi ?, kenapa sikap Bunda seperti ini ?, bertanya Aya dalam Hati kembali )

-     Kalau begitu, Aya berangkat ke sekolah dulu ya Bun,
      Assalamu'alaikum,Wr,Wb,,,,
-     Kum salam, sudah sana.

( Pergi Aya menuju Sekolah dengan Hati berselimut Tanya )

( Keesokan harinya dikala Aya berada di rumah saat liburan sekolah,
 Aya menyempatkan diri menyiram Bunga kesukaannya )

Datang Bibi menghampiri seraya berkata;
-     Non Aya yang cantik lagi nyiram Bunga ya ?,
      boleh tidak Bibi bantuin ?, wah, bagus – bagus sekali Non Bunganya !.
-     Bibi suka ?, bagus kan Bi ?, Aya suka sekali dengan bunga – bunga ini.
-     Tapi, Bibi perhatikan kok Non Aya banyak melamun seperti itu ?,
      ada apa Non ?, cerita atuh ke Bibi, jangan sungkan sama Bibi !.
-     Tidak ada apa – apa kok Bi, Aya baik – baik saja,
      oh ya, Bibi sudah sarapan ?, kalau belum, kita sarapan sama – sama yuk ?.
-     Bibi sudah kok Non, tapi pasti Bibi temenin Non Aya.
-     Makasih ya Bi.
-     Sama – sama Non, ya sudah, kalau begitu menyiram Bunganya kita sudahi dulu,
      kan Non Aya mau sarapan.

( Senyum merona terpancar dari wajah Aya ke arah Bibi, ^_^,
  dalam benak penuh harap: “moga Bunda seperti Bibi yang tak sungkan
  dengan Semerbak Harumnya Bunga” )        

( Sampai pada suatu hari, Bunda lelap dalam iring Mimpi,
  dalam mimpi Bunda berinteraki dengan Mata Hatinya )

-     Dalam nyata kau ini orang tuanya, panutannya, kebanggaannya,
      kasih sayangnya, lantas, mengapa dia Engkau sia – sia ?,
      dia membutuhkan perhatian yang lebih, hanya karena kau sibuk bekerja
      lalu dia engkau sia – sia ?, bergegas perbaiki kesalahan yang ada,
      jangan sampai setelah Allah mencabut nyawanya baru Engkau tersadar
      untuk meminta maaf kepada Jasad Kakunya !.

( Tidaakk, teriak Bunda sekencang dan sejadi – jadinya,
  Aya anakku, dia darah dagingku, ya, aku telah menyia – nyiakannya,
  dia jantung hatiku, dia kasih sayangku, aku harus menemuinya )

-     Bi, Bibi, Aya dimana Bi ?,
-     Non Aya lagi dipekarangan Bu, lagi menyiram Bunga kesayangannya
-     Oh, ya sudah kalau Bi, makasih ya.
-     Ya Bu, sama – sama

( Bergegas Bunda menemui Aya dipekarangan,
  bersama dengan Bunga – bunga indah kesayangan )  

-     Bunga, Aya tahu, sebenarnya Bunda tuh sayang bangat sama Aya,
      cuma memang belakangan hari ini, Bunda tampak beda, tampak berubah,
      tapi Aya tetap sayang bangat kok sama Bunda.

( Mendekat, Mendekap, lalu berucap )

-     Maafin Bunda, Bunda banyak salah sama Aya, Bunda telah menyiakan – nyiakan Aya,  
      maafin Bunda Aya, maafin Bunda, Bunda sayang bangat sama Aya.

( Aya tidak tega melihat titikan Air Mata di pipi Bunda,
  Bergegas Aya tuk menghapusnya )

-     Bunda, maafin Aya ya, coba Bunda lihat Bunga Kesayangan Aya,
      mereka tersenyum semua melihat ke arah kita Bunda.

 ( Dalam Tatap Bunda Mendekap seraya berucap;
   terima Ya Allah, terima kasih, dialah Putri Kesayanganku, dialah Kebanggaanku )
"Lihat Bunda, Semua Bunga Tersenyum Menatap ke arah Kita"
"Maafin Bunda, Bunda Sayang Bangat sama Aya"

Kamis, 24 Maret 2011

Hari Tuk Ayah & Ibu/Bunda (Orang Terkasih & Tercinta)

Tiada Satu Pembeda,
Hanya Terkait Dengan Sebuah Nama,
Ayah dan Ibu/Bunda,
Dua Insan Yang Sama,
Saling Membutuhkan Satu Dengan Lainnya,
Berdua Mendidik Anak Menjadi Hebatnya,
Dari Anak – anak Hingga Menjadi Dewasa,  
Kapan dan dimanapun Tetap Berusaha,
Anaklah Tumpuan Masa Depan Nantinya,
Bukan Bangga Tapi Haru Suka Cita,
Ada Hadist Nabi Berkata,
Syurga itu Ditelapak Kaki Ibu/Bunda,
Ada Pula Hari Ibu/Bunda,
Tapi Tidak Hari Ayahanda,
Apakah Memang Nyata Pembeda?,
Apakah Ayah Sedikit Jasanya?,
Apakah Karena Ayah Urutan Kedua?,
Moga Bukan Pembeda,  
Moga Boleh Diucap Secara Sama,
“Selamat Hari Ayah & Ibu/Bunda”

Ayah (Miss You)
Ibu (Love You)
Kalian Yang Kubangga, Kalian Yang Kucinta

"Kebanggaan Secara Nyata Tanpa Ada Unsur Kecurangan Didalamnya"

“Gempita Suara Menggelega,
Fanatisme Suporter Menggeliatnya,
Lapangan Bukit Jalil Tempat Berhelatnya,
Dua Kubu Yang Sama Besar Namanya,
Pertandingan Akbar Antara Indonesia & Malaysia,
Banyak Raut Tegang Saat Melihatnya,
Tanpa Disangka & Diduga,
Malaysia Sorak Sorai Bergembira,
Indonesia Haru Duka & Kecewa,
Malaysia Bangga Tapi Kebanggaan Yang Mana?,
Menggunakan Laser Sebagai Pembela,
Kemenangan Inti Yang Ingin Didapatnya,
Lalu, Dimana Letak Sportifnya?,
Walau Kalah Tapi Indonesia Bahagia (Memperlihatkan Pertandingan Secara Nyata Tanpa Ada Kecurangan Didalamnya)”
"Bangga & Jaya Dengan Olahraga"
"Sportiflah Maka Berjayalah"
"Olahraga Tidaklah Kekal Maka Janganlah Ada Hal Mencekal"

"Yah, Hadiah ini Untuk Ayah"

Dede : bu, ayah kemana ?, kok, dari tadi tidak kelihatan ?,,,,
Ibu    : sebentar lagi ayah balik kok sayang, memangnya ada apa ?, kok tiba – tiba kamu  bertanya seperti itu ?,,,,
Dede : dede udah siapkan hadiah kecil buat ayah bu, nanti pas ayah pulang, dede mau kasih ke ayah,,,,
Ibu    : hadiah apa sih de ?, kok dede tidak bilang ke ibu ?,,,,
Dede : maafin dede ya bu, maafin dede kalau tidak cerita ke ibu,,,,
Ibu    : oh, tidak apa – apa de, dede sudah siapkan dengan bungkus kadonya ?,,,,
Dede : belum bu, dede belum sempat menyiapkan bungkus kadonya,,,,
Ibu    : kalau begitu, biar ibu bantu dede bungkus kadonnya ya ?,,,,
Dede : benar bu ?, bener ibu mau bantuin dede ?,,,,
^_^  (senyum meronah tanda ibu mau membantu),,,,
Ibu    : memangnya dede mau kasih apa ke ayah ?,,,,
Dede : ini bu, sebuah jam tangan,,,,
Ibu    : ini kan mahal de ?, dari mana dede dapat uang ?,,,,
Dede : ini hasil tabungan dede selama ini bu, dede ingin sekali memberikan sesuatu hal yang berkesan untuk ayah,,,,
^_~ (haru mendengar ucapan dari anak semata wayangnya itu),,,,
kring,,,,kring,,,,kring,,,, (bunyi telepon di rumah seraya mendayu – dayu),,,,
Rumah Sakit  :  betul ini kediaman rumah Bpk. Muslim ?,,,,
Ibu                :  betul Pak, ini dengan siapa ya ?,,,,
Rumah Sakit  :  begini bu, suami ibu mendapat kecelakaan, sekarang beliau ada
                        di rumah sakit, kecelakaan itu membuat beliau kehilangan banyak darah bu, kami harap ibu lekas datang 
                        ke rumah sakit,,,,
Ibu                :  ~_~ (dengan hati cemas, resah dan gelisah),,,,
                        baik pak, saya segera menuju ke rumah sakit,,,,
Dede             :  bu, ayah kenapa ?, kok, belum datang juga ?, ayah ada masalah ya bu ?,,,,
Ibu                :  oh, tidak ada apa – apa kok de, mari kita sama – sama ke tempat ayah,
                         biar nanti disana kita kasih kado itu,,,,
Dede             :  ya bu,,,, (dengan hati diselubung Tanya),,,,
(akhirnya ibu dan dede tiba juga di rumah sakit),,,,
Ibu                :  bagaimana dengan suami saya Dok ?, beliau baik – baik saja kan ?,,,,
Rumah Sakit  :  maaf bu, kami sudah berusaha semampu kami, tetapi nyawa beliau tidak
                         dapat diselamatkan, beliau terlalu banyak mengeluarkan darah akibat kecelakaan itu, sekali lagi kami
                         minta maaf bu,,,,
~_~  ~_~   (bagai petir di siang hari, seakan duri tajam menusuk,
air mata ibu berlinang bercucuran), sambil bergegas ke tempat ayah,,,,
Dede             :  bu, ayah kok diam saja ?, ayah tidak tahu kita disni ya bu ?,
                         ayah sangat letih ya bu ?, dede sudah tidak sabar ingin memberikan
                         hadiah  ini sama ayah, mudah – mudahan ayah suka ya bu ?,,,,
(sambil menahan perihnya air mata tak kunjung reda),,,,
Ibu                :  ayah pasti tahu kalau kita disini, ayah pasti senang dengan hadiah itu,
                         ayah pasti bangga sama kamu de, ya sudah, kalau begitu, biarkan ayah
                         beristirahat ya de,,,, (dengan isak tangis di hati),,,,
"Yah, ini Hadiah dari Dede untuk Ayah"
"Moga Ayah suka dengan Hadiah yang sederhana ini"
"Dede sayang sama Ayah"
"Dede ingin sekali seharian ini sama Ayah"

"Maafin ade, hanya sapu tangan ini yang membasuh peluh keringat kakak"

Pagi sekali kakak bangun dari tidurnya, setelah itu segera ambil air tuk berwudhu
kemudian bergegas tuk sholat Shubuh, tak lupa membangunkan ku tuk ikut berjamaah,
lagi - lagi aku kedahuluan tuk bangun pagi.Tapi tidak mengapa, karena aku bisa sholat bersama kakak.
Adik    : "kak, hari ini kakak jualan koran kan ?,,,,
Kakak : "ya, memangnya kenapa, dik ?,,,,
Adik    : "boleh tidak kak aku ikut jualan koran ?,,,,
Kakak : "buat apa dik ?,,,, udah, kamu jagain rumah aja ya !,,,,
Adik    : "please, ade mohon sama kakak, untuk hari ini saja ?,,,,
Kakak : "emm, baiklah, tapi ade janji sama kakak, jangan banyak mengeluh ya ?,,,,
Ade    : "oke,,,,  ^_^ (dengan senyum riang kesemangatan)
Kakak : "Koran - koran" (suara pekikan kakak menawarkan dagangannya),,,,
Adik    : "Korannya - koran" (sahut ade ikut membantu),,,,
Sampai pagi menjelang siang, tak satu pun koran yang habis terjual, terik matahari pun kian terasa,
peluh keringat pun mulai bercucuran, dahi yang mulai mengerut sedikit.
Kakak : "dik, kamu lapar tidak ?,,,,
Adik    : "tidak kak, ade masih kuat, sepertinya kakak ya yang lapar ?,,,,
Kakak : "perut kakak memang sedikit perih de, tapi tidak mengapa, kamu kuat, kenapa kakak tidak ?,,,,
Dengan niatan ingin memberikan Sapu Tangan & Secarik Surat untuk kakak,
lalu adik bergegas pergi beberapa meter dari kakak.
Adik    : "sebentar ya kak, ade mau kebelakang dulu, mau beli minum buat kakak sama ade,,,,
Kakak : "oh, jangan jauh - jauh ya de,,,,
Ade    : "ok, ^_^
Niatan ade itu tanpa sepengetahuan kakak, setelah jarak yang beberapa meter,
lalu ade mengeluarkan Sapu Tangan berserta Secarik Surat yang dibungkus didalamnya.
Acchh,,,, (sebuah teriakan terdengar dari kejauhan meter itu), mendengar seolah itu suara ade,
kakak lalu bergegas lari ke arah tersebut, didapati seorang anak laki - laki terkapar bersimbah darah,
lantaran mobil yang melaju dengan sangat kencang telah menabraknya.
Kakak : "Astaghfirullah, ya Allah, de, kenapa badan ade berlumuran darah ?,
              apa mobil tadi yang telah menabrak de ?,
              kakak minta bantuan ke orang ya buat bawa de ke rumah sakit ?,,,,
Dengan tangan sedikit memegang & menahan kakak.
Ade    : "kak, tidak apa - apa, biarkan saja de disini dulu, de mau bersama kakak,
              de mau memberikan bungkusan ini sama kakak, kakak buka ya ?,,,,
Berat sungguh kakak untuk membuka, disaat adik bersimbah darah, tak lama berselang,
perlahan kakak membuka bungkusan itu; bungkusan berisi Sapu Tangan dan
Secarik Surat didalamnya; lalu kakak membaca Isi Surat itu;
"Kak, ade ingin sekali mengusap keringat yang membasahi kening atau wajah kakak,
 ade selalu melihat kelelahan dan keletihan kakak, makanya ade belikan Sapu Tangan buat kakak,
 maafin ade yang kak karena hanya ini yang bisa ade kasih, ade sayang sekali sama kakak,
 maafin ade ya kak kalau punya salah sama kakak"
 Perlahan mata ade terpejam dengan raut wajah penuh senyum meronah ,,,,
"Dengan sekuat tenaga kau kan kujaga"
"De Sayang bangat sama Kakak"
"Moga Kakak Ikhlas Menerimanya"
"Maafin Kakak Yang Tak Kuasa Menjaga"

"Bertemu, Tanpa Kau Tahu Namaku"

(Sore hari di suatu tempat yang jauh dari keramaian, ada sebuah mobil beserta pemiliknya,
mobil tersebut mogok lantaran ada masalah dibagian mesinnya, sang pemilik tidak tahu
cara untuk memperbaikinya, dari kejauhan ada seorang anak kecil yang berjalan
kearah mobil yang mogok itu).
Anak Kecil : "Assalamu'alaikum,Wr,Wb,,,, (ucapan hangat dari anak kecil untuk bapak itu)
Bapak       : "Wa'alaikum Salam,Wr,Wb,,,, (sahut si bapak)
Anak Kecil : "mobilnya kenapa, pak ?,,,,
Bapak       : "ini, ada masalah dibagian mesinnya, bapak tidak tahu cara membetulkannya,
                    ade bisa bantu memperbaikinya ?,,,,
(Dengan hangat anak kecil itu menjawab pertanyaan si bapak)
Anak Kecil : "Insya Allah bisa pak,,,,
Bapak       : "kalau begitu, coba ade cek mesin mobil bapak,,,,
Sesaat kemudian, anak kecil itu langsung mengecek mesin mobil si bapak,
diam - diam si bapak memperhatikan; ucapnya dalam hati; "kok, bisa ya anak sekecil itu
faham tentang mesin mobil ?, apa dia mempunyai usaha bengkel ?,
atau mungkin dia belajar dengan tekunnya mengenai mesin - mesin ?, hmm",,,,
(si bapak yang masih terselubung rasa keheranan),,,,
Anak Kecil : "Alhmdulillah, sudah selesai pak, coba bapak nyalakan mobilnya !,,,,
brem,,,, brem,,,, brem,,,, (bunyi mesin mobil seperti sediakala)
Bapak       : "ini uang buat ade karena telah membetulkan mesin mobil saya,,,,
Anak Kecil : "tidak usah pak, saya Ikhlas membantu bapak,,,,
Makin bertambah keheranan bapak kepada anak itu; "Subhanallah, begitu mulianya anak ini,
sampai dalam hal menolong, nilai rupiah pun diabaikannya",,,,
Bapak       : "kalau begitu, biar bapak antar ade sampai rumah ?,,,,
Anak Kecil : "tidak usah pak, tidak apa - apa, rumah saya tidak jauh dari sini,
                    hari sudah semakin sore, alangkah baik jika bapak sudah sampai di rumah,
                    sekali lagi saya minta maaf pak, bukan maksud hati saya menolak pemberian bapak,
                    tapi ibu saya pernah berpesan; "Utamakanlah Keikhlasan dalam Sebuah Pertolongan",,,,
Lebih dalam Keheranan bapak kepada anak itu; "Subhanallah, begitu bahagianya orang tua
yang dikaruniakan anak seperti dia, sungguh beruntungnya",,,,
(Dalam Senyuman ^_^, mereka terpisah sesaat tanpa saling bertanya nama),,,,
(Selang seminggu setelah pertemuan itu si bapak bermaksud menemui anak itu,
dicari alamat lalu berusaha dia hafali wajah ana itu, karena si bapak tidak tahu nama anak itu,
perlahan - lahan si bapak menyusuri daerah tempat tinggal anak itu yang katanya
tidak jauh dari tempat mereka dulu bertemu)
Bapak      : "andai waktu itu aku tahu nama mu, mungkin tak sesulit ini aku menemui mu,,,,
(ada banyak kerumunan orang - orang di suatu rumah; "apa itu rumah si ade kecil ?,
bertanya si bapak dalam hatinya")
Karena sebuah tekad untuk bertemu, dan rasa ingin tahu, akhirnya si bapak mendatangi rumah itu,
betapa terkejutnya si bapak; "ini kan foto anak kecil yang menolong ku waktu itu, lalu siapa orang
yang berada dalam pembaringan itu ? (dalam tanya membelenggu),,,,
Bapak      : "kalau boleh tahu, siapa orang yang meninggal itu bu ?,,,,
Ibu Anak Itu : "dia Rahman anakku, kasih sayangku, kebanggaanku,,,,
Bapak      : "boleh saya membukan selendang yang menutupi wajahnya ?,,,,
Ibu Anak Itu : "silakan pak,,,, (dengan air mata membasahi pipi ^_~,,,,)
(betapa terkejutnya si bapa, ternyata anak yang bersemayam dalam pembaringan itu
adalah anak yang menolongnya dikala itu)
Bapak      : "Inalillahi Wa'ina Ilaihi Rajiun", "Kau dulu menolongku, Kau dulu membantuku,
                   kini kau ada di hadapanku, tapi kau terbujur kaku, kni aku tahu namamu,
                   tanpa kau tahu namaku, maafkanlah aku"
"Senja Waktu disaat Kau dan Aku Bertemu"
"Indah Nian Akhlagmu bak Mutiara Menyatu"
"Dalam Pencarian Untuk Bertemu Denganmu"
"Moga Allah Ridho Terhadapmu"

"Uang 2000 dengan Basah Membelenggu"

Hujan semakin derasnya, itu pertanda baik bagi para pengais rezeki lewat jasa Ojek Payung.
Lukman, begitu biasa anak kecil itu dipanggil oleh banyak orang disekitarnya.
Baginya, hal itu adalah kesempatan besar mendapat rezeki untuk makan dirumah.
Langsung saja payung dipersiapkannya lalu bergegas pergi untuk menawarkan jasa.
(Payung,,,, payung,,,, payung,,,,; suara kesemangatan dengan sebuah harapan)
Lukman : "ojek Pak ?,,,,
Bapak   : "tidak de, makasih,,,,
(Kembali Lukman menawarkan jasa kepada yang lain)
Lukman : "ojek Mas ?,,,,
Mas       : "saya sudah siap sedia di dalam tas de, maaf ya,,,,
(Jawaban yang sedikit menyentak hatinya)
(Tiba - tiba dari arah kejauhan ada yang memanggil; "ojek, ojek payung de !,,,,)
(Bergegas Lukman tuk menghampiri asal suara itu,,,,)
Lukman : "ojek Mba ?,,,,
Mba      : "iya, dari sini ke lampu merah berapa de ?,,,,
Lukman : "5000 Mba,,,,
Mba      : "mahal sekali de ?, 2000 ya ?,
(terbesit dalam fikiran Lukman; "hanya Mba ini baru menerima jasaku, lantas,
mau makan Ibu & Adik ku ?,,,,)
Lukman : "ya sudah Mba kalau begitu,,,,
(Akhirnya, walau hanya satu dan hanya 2000, ini untuk Adik & Ibu; ujar Lukman dalam Hati Menggelembu)
Tak lama berselang, hujan pun reda, Matahari pun menampakkan cahayanya,
Dalam keadaan basah yang menghinggap dibaju, akhirnya Lukman pulang dengan uang 2000,
Dirumah, sudah tampak Adik & Ibu menunggu.
Lukman : "maafin Lukman ya bu, Lukman hanya dapat uang 2000,
                 hanya seorang saja yang menggunakan jasa payung ku,,,,
(Dengan sedikit air mata di pipi)
Ibu        : "tidak apa - apa Nak, Ibu Ridho terhadap Jerih Payah mu, Ibu tahu akan Rasa Kasih Sayang mu,
                 sekarang, lekas lah kau mandi, setelah itu bergegaslah untuk makan bersama Adik mu,
                 dia sudah menunggu mu,,,,
Lukman : "tapi bu, uang yang Lukman dapat kan hanya 2000 ?, mana cukup untuk Aku, Adik & Ibu ?,,,,
Ibu        : "sudah lah, tak usah kau risaukan hal itu, cepat sana mandi, adik mu sudah menunggu,,,,
(Akhirnya Lukman mandi dengan pertanyaan yang masih menghinggap di Hati)
Ibu        : "ayo sini, Ibu sudah siapkan semuanya, mari sama - sama kita makan,,,,
Lukman : (masih diliputi Pertanyaan & Rasa Keheranan),,,,
Ibu        : "semua makanan atau sembako ini diberikan oleh orang yang senantiasa
                 membeli kue - kue kita di pasar, ini semua beliau Ikhlaskan untuk kita,
                 beliau juga bilang kalau nantinya ingin dibuatkan kue oleh kita,,,,
Lukman : "Subhanallah,,,, Subhanallah, Subhanallah,,,,
(Air Mata Keharuan pun ikut Membasahi Pipi)
"Aku tidaklah malu walau hanya dengan Payung ditangan ku"
"Hujan ini tak kan menghentikan langkah ku"
"Maafkan aku, hanya uang 2000 untuk Adik & Ibu"
"Ikhlas Hati karena Ridho & Karunia-Mu"

Rabu, 23 Maret 2011

"Sungguh, Aku Cinta dan Sayang dengan Keluarga ini"

"cepat habiskan makanan mu, mubajir kalau tidak habis, kan semua ini rizky dari Allah"
ya, kata - kata yang masih terekam dalam ingatan Hari di kala itu,,,,
kata - kata yang terucap dari bibir kakaknya,,,,
Iwan, begitulah biasa ia dipanggil, sedikit berlawanan karakter dengan adiknya,,,,
Sampai pada suatu hari dikala Iwan memainkan gitarnya,,,,
Jreng,,,, jreng,,,, (bunyi dawaian senar gitar milik Iwan)
Hari   : "duch, kak, berisik tahu !,,,,
Iwan : "berisik ?, memangnya sekencang itukah alunan petikan gitar ku ?,,,,
Hari   : "ya iyalah, masa suara santer seperti itu seperti kakak tidak merasakan !,,,,
Iwan : "oh, maaf deh kalau begitu, biar kakak pindah tempat saja,,,,

(tiada sedikit kekesalan pun dalam hatinya,setelah itu
akhirnya Iwan pun pindah tempat bersama dengan gitarnya)
Iwan memang suka bermain gitar, wajar jika kesehariannya diiringi alunan dawai petikan gitar.
Mengamen pun pernah dijalaninya, Sampai - sampai tamparan pernah Iwan dapatkan dari Ayahnya,
lantaran Ayahnya menganggap hal itu adalah Kegiatan tidak Berguna,
dan hanya dianggap sampah oleh Kebanyakan Masyarakat.
Tamparan itu tidak dibalas oleh Iwan, ia sadar bahwa jika ia membalas,
sama saja Iwan bagai Anak Durhaka, tiada sedikit pun mulutnya bergumam akan perihal itu,
Iwan hanya menatap tapi tidak tajam, Iwan pun berkata;
Iwan : "yah, tamparan ini tak kan Iwan balaskan, tamparan ini tak kan Iwan persoalkan,
            Iwan juga tak mau dianggap Anak Durhaka,,,,
Ayah : "maka dari itu kamu harus sadar Wan, kamu harus sadar bahwa yang kamu lakukan ini
             tiadalah guna, apalagi Mengamen yang jelas - jelas notabennya adalah aktifitas
             Anak Jalanan, kamu ini anak Ayah Wan !,,,,
Iwan : "Iwan mengerti apa maksud Ayah, tapi coba Ayah fikir, akan lebih buruk mana antara
             Iwan Mengamen, Mabuk - mabukan atau Mencuri bahkan Merampok ?,
             Iwan masih sadar diri kok Yah !,,,,
(Pergolakan Bathin yang kerap kali terjadi antara Ayah dan Iwan)

Miris terkadang hati Hari melihat Pergolakan itu, terkadang ada niatan Hari untuk melerai,
namun Hari takut dianggap bau kencur/anak kecil, Hari sayang dengan Ayah dan Kakaknya,
walau berlawanan karakter, tapi itu sebenarnya rasa ungkapan sayang.
Hari   : "pasti sakit ya kak tamparan - tamparan yang Ayah berikan ke Kakak ?,,,,
Iwan : "tidak sesakit jika kakak disuruh membuang gitar atau menghentikan nada - nada
             dari dawaian gitar kakak, bagi Kakak, Gitar dan Nada ini bukanlah Kejahatan,
             ini alunan ungkapan perasaan, tak pernah pula nada ini menghujat atau
             menghina seseorang,,,,
Hari   : "ade tahu kak, ade juga minta maaf kalau selama ini banyak pertentangan
             karakter diantara kita yang terkadang menimbulkan pertikaian fikiran
             yang menyulutkan emosi,,,,
Iwan : "tidak apa - apa de, wajar kan ?,,,,
(Tanpa sadar, Ayah melihat obrolan mereka dari balik pintu,
 namun tidak menghampiri mereka, Ayah hanya memperhatikan obrolan mereka)

Beberapa hari kemudian, dalam sebuah Pelataran,,,,
Hari   : "kak,,,, kakak,,,, (seru Hari memanggil Kakaknya)
             Ayah melihat Kakak tidak ?, kok tidak ada di kamarnya ?,,,,
Ayah : "Kakak mu sudah pergi, dia pamit lalu menitipkan Surat ini sama Ayah,
             dia meminta Ayah untuk menitipkannya kepada kamu,,,,
(Bergegas Hari mengambil surat itu dari tangan Ayahnya, lalu Hari membacanya)
"Suatu hari, kamu pasti akan mengerti de kenapa Kakak pergi,
 bukan untuk menjauhi atau menghindari diri dari Keluarga ini,
 bukan pula Kakak tidak menghargai Perasaan yang ada sampai dengan saat ini,
 Kakak cuma ingin mengutarakan segala yang bergejolak dalam benak ini,
Sungguh, aku Cinta dan Sayang dengan Keluarga ini,
 sungguh, kamu pasti akan mengerti jika tiba saatnya nanti"
"Dawaian Nada Hanya Untuk Ungkapan Semata"
"Aku tahu Karakter Kita Berbeda, tapi sungguh Aku Cinta & Sayang sama Ayah"
"Bacalah Surat ini, kau pun kan Mengerti dan Memahami"

"Senyuman Dari Mata Menutupkan"

Apa Dok ? Ibu saya terkena leukemia ? separah itukah Dok?
apa bisa disembuhkan Dok ?
Dokter hanya diam seraya berkata; Insya Allah, berdo’a lah kepada Allah
(percakapan kecil dikala itu antara Farid dan Dokter)

Apakah Ibu bisa disembuhkan ? apakah Ibu dapat hadir dengan senyuman
setelah tahu  akan keadaan ?
(besit hati kian menjadi)

Farid : Assalamu’alaikum,Wr,Wb,,,,
           “bu, ibu, ibu dimana ?,,,,
(kenapa Ibu tidak menjawab ?, ada apa ini ?, Ibu dimana ?, ; besit Farid dalam hati,
kemudian Farid mencari di beberapa sudut ruangan, ternyata, didapati Ibu tidur
lelap di atas tempat tidur Farid, sejenak Farid memperhatikan seraya berkata;
“Farid sayang sama Ibu, Farid akan jagain Ibu”, kemudian Farid datang menghampiri,,,,

Farid : “bu, bangun, ini Farid sudah pulang,,,,
Ibu    : “oh, kamu nak, sudah pulang rupanya, maafin Ibu ya, Ibu tidur sampai tidak
             tidak mendengar suara kamu,,,,
Farid : “justru Farid yang minta maaf bu, maafin Farid karena telah menggangu
             waktu istirahat Ibu,,,,
Ibu    : “kamu tidak mengganggu kok nak, kamu sudah makan ?,,,,
Farid : “belum bu,,,,
Ibu    : “ya sudah kalau begitu, Ibu siapkan makanan, lekas kamu ganti seragam kamu,,,,
(segera setelah itu Farid langsung ke kamarnya kemudian mengganti seragamnya)

(Ibu sudah menunggu di ruang makan, tak lama kemudian,
Farid pun datang menhampiri)

Farid : “ibu sudah makan ?,,,,
Ibu    : “sudah tadi, sebelum kamu pulang,,,,
(begitu lahapnya Farid makan, sampai Ibu memperhatikannya)
Ibu    : “lahap sekali kamu nak, pasti sebelumnya kamu lapar sekali ya ?,,,,
Farid : “enak sekali masakan Ibu, baru kali ini mencicipi
             masakan yang rasanya Lezat seperti ini,,,,
Ibu    : “bisa saja kamu nak, ya sudah kalau begitu, habiskan makanan mu,,,,
Farid : (membalas dengan Senyuman ke arah Ibunya,,,, ^_^)

(Beberapa Minggu kemudian)

Farid : Assalamu’alaikum,Wr,Wb,,,,
           “bu, ibu, ibu dimana ?,,,,
(kenapa Ibu tidak menjawab ?, ada apa ini ?, Ibu dimana ?, ; besit Farid dalam hati,
kemudian Farid mencari di beberapa sudut ruangan, ternyata, didapati Ibu tidur
lelap di atas tempat tidurnya, sejenak Farid memperhatikan surat yang ada
di genggaman Ibunya, kemudian Farid perlahan membaca surat itu;
“Ibu tahu dengan keadaan ini, Ibu tahu akan penyakit yang mendera ini,
  Ibu tahu kamu berusaha menjaga atau merawat Ibu, Ibu Ikhlas dengan ketentuan ini,  
  Ibu cinta dan sayang sama kamu, maafin Ibu dengan keadaan yang seperti ini”

(Sesaat setelah itu, Farid segera membangunkan Ibunya, tapi, tiada sedikitpun badan atau tubuh
yang  tergerakkan, yang didapati hanya ada Sebuah Senyuman dari Mata Menutupkan)   

"Hanya Ingin Berkarya demi Sesuap Nasi Semata"

Dedi,,,, Dedi,,,, Dedi,,,, (suara temannya terdengar memanggilnya dari depan rumah)
Dedi masih pulas dalam tidurnya, lalu Ibu membangunkan seraya berkata;
"Ded, Dedi, teman mu sudah menyampar, ayo cepat bangun",,,,
hoamm (suara uapan Dedi yang masih terasa kantuk)

Dedi   : "jam berapa memangnya Bu ?,,,,
Ibu     : " lima pagi Ded, ayo cepat sana ambil wudhu terus sholat,
             biar nanti Ibu sampaikan kepada teman mu di depan,,,,
Dedi   : "ya bu,,,,

(Dedi pun bergegas mengambil air wudhu kemudian sholat,
 Ibu pun menghampiri temannya Dedi kemudian memberitahu bahwa Dedi sholat dulu)
Tak lama berselang;

Dedi   : "bu, teman Dedi masih ada di depan kan ?,,,,
Ibu     : "masih, cepat sana temui,,,,
Dedi   : "ya bu, kalau begitu Dedi sekalian pamit tuk Mengamen,,,,
              Assalamu'alaikum,Wr,Wb,,,,
Ibu     : "Wa'alaikum Salam,Wr,Wb,,,, (dengan senyum Meridhoi Dedi,,,, ^_^)
Irwan : "Ded, kamu sudah sarapan ?,,,,
Dedi   : "belum, kamu sudah Wan ?,,,,
Irwan : "belum juga, ya sudah,
              nanti kita makannya kalau sudah dapat uang dari hasil mengamen,,,,

(Akhirnya, Dedi dan Irwan menyusuri tempat biasa mengamen)
(Selang beberapa jam kemudian, pagi menjelang siang)

Dedi    : "Alhmdulillah, akhirnya ada sedikit uang yang bisa kita
               dapatkan dari mengamen tadi"
Irwan  : "ya sudah kalau gitu Ded, kita belikan makanan, kamu sudah lapar kan ?,,,,
Dedi    : "ya Wan, aku sudah lapar,,,,

(Bersama - sama akhirnya membeli makanan)
(Tak lama berselang, makanan yang belum habis dimakan,
 dari arah kejauhan terdengar beberapa Anak Punk dan Pengamen lain berteriak;
 "ada Satpol PP, ada Satpol PP", cepat lari !,,,,)

(Sentak kaget Irwan dan Dedi, mereka ingin ikut lari
 tapi kalah cepat dengan Satpol PP yang datang menghampiri,
 akhirnya dari sebagian Anak Punk dan Pengamen Jalanan tersebut diinterogasi)

Anak Punk : "apa salah kami pak ?, perasaan kami tidak mengganggu ?
                     kami juga tidak mencuri atau merampok, lalu kenapa ditangkap ?,,,,
Satpol PP   : "kalian ini seperti sampah saja, mau jadi apa kalian ini ?,
                     kalian hanya merusak keindahan saja,,,,

(Ada sebagian dari Anak Punk pula yang digundul paksa, karena tidak terima,
akhirnya Anak Punk berontak, seraya berkata;
"kami ini manusia, bukan binatang, kami hanya ingin berkarya,
 mencari makan semata, tapi mengapa kami diperlakukan tidak selayaknya ?",,,,)

Satpol PP   : "banyak bicara kalian,,,, bugh,,,,

(Bukannya mendapat jawaban apa adanya, malah Anak Punk ditendang Dada,
 miris sekali Hati Irwan dan Dedi melihat kejadian itu di depan Mata Mereka)

Dedi    : "Astaghfirullah,,,,   


"Kami juga segolongan kecil Umat Manusia yang Berhak Hidup Bahagia"
"Apa Salah kami Pak ? kami hanya ingin berkarya bukan tuk onar atau hura semata"
"Susah Senang Kami Hidup Bersama"

"Orang Kaya berlimpah Harta, Dengan Congaknya Berbangga – bangga"

Bagh,,,, Bugh,,,, Bagh,,,, Bugh,,,,

(Pukulan maupun tendangan secara bertubi diarahkan kepada Ryan,
 seakan seperti samsat Ryan dijadikan Pelampiasan)
 "Rasakan kau orang kampung, tahu rasa kau,,,, (seenak ucap Fikri berkata)

Ryan : "kau  ini kenapa ?, apa masalah ku dengan mu ?,,,,
Fikri   : "tidak sadar kau orang kampung, aku muak melihat mu ada di sekolah ini,
             mata ku terasa terkelip melihat mu ada di dekat ku,,,,
Ryan : "apa masalah ku dengan mu ?, aku tidak pernah melukai, menyakiti,
             atau mengganggu mu, aku juga tidak pernah melontarkan kata kasar kepada mu,
             sebegitu benci kau terhadap ku ?,,,,
Fikri   : "sudah kampung, bodoh pula kau ini, aku tidak suka kau, aku muak terhadap kau,,,,

(ditelantarkan begitu saja Ryan oleh Fikri,
 tanpa sepatah kata maaf yang terucap dari mulutnya)

(Sesaat kemudian, Ryan pun tiba di rumah dengan luka disekujur tubuhnya)

Ryan : "Assalamu'alaikum,Wr,Wb,,,,
Ibu    : "Wa'alaikum Salam,Wr,Wb,,,,
            Masallah Nak, kenapa ini ?, kenapa sekujur tubuh mu penuh luka ?,
            apa yang terjadi Nak ?, apa yang menyebabkan semua ini ?,
            apa lantaran orang kaya itu yang melukai mu ?

(dengan sedikit berbohong untuk menjaga Perasaan Ibunya)

Ryan : "tidak bu, tadi Ryan terjatuh saat melintasi jalan,
             jalannya cukup licin, Ryan terpeleset sampai terguling,,,,
Ibu    : "ya sudah kalau begitu, lekas kamu mandi lalu obati semua lukamu,
             sementara kamu mandi, ibu ambilkan obat di laci,,,,

(Dengan luka yang masih membekas, Ryan bertemu dengan Aisyah,
 Aisyah merupakan Sahabat terbaik Ryan, Sahabat terdekat Ryan,
 sahabat dikala Bahagia dan Duka Ryan)

Aisyah : "Masallah Yan, kenapa dengan sekujur tubuh mu ?, apa yang terjadi ?,
               apa kamu terjatuh ?, atau ada yang mengganggu mu ?, oh, aku tahu;
               apa semua ini ulah dari Anak Kaya itu ?, biar nanti aku balas dia Yan,
               seenaknya saja dia memperlakukan kamu seperti ini, dia fikir dia siapa,
               mentang - mentang dia anak orang kaya, jadi berbuat dengan seenaknya,,,,
Ryan    : "Syah, jujur, memang semua ini ulah dari Anak Kaya itu, tapi biarlah,
                toch, Allah SWT tidak pernah diam melihat Hamba-Nya yang tersakiti atau terzholimi,
                aku cuma merasa bersalah dengan ibu karena telah berbohong dari Ibu,
                aku bilang sama Ibu semua ini akibat terjatuh terpeleset dan terguling,
                aku hanya tidak ingin Perasaan Ibu menjadi cemas dan khawatir karena perihal ini,
                please aku mohon sama kamu jangan ceritakan hal ini sama Ibu ku,,,,
Aisyah  : "Yan, kalau seperti ini malah aku tidak enak Hati jadinya,
                kenapa sih tidak kamu ceritakan yang sebenarnya ?,
                tapi, baiklah jika memang ini mau kamu,,,,

(Dengan Senyum dari Ryan seraya Ucapan Terima Kasih kepada Aisyah)

(Beberapa minggu kemudian, suasana saat disekolah, saat Ryan dan Aisyah bertemu Fikri)

Fikri       : "ech, ada dua anak kampung, duch, jadi kelilipan nich mata,,,,
Aisyah   : "minta dihajar ya, seenaknya saja bicara seperti itu ?,,,,
Fikri       : "wuid, orang kampung marah, hahai,,,,
Ryan     : "Syah, biarkan saja, tak apa, mari kita pergi saja,,,,
Fikri       : "kenapa kau, hai Anak Kampung ?,,,,
Ryan     : "tidak apa - apa,,,,

(Dengan tampang Sinis Fikri melihat Ryan, seraya berkata;
 sudah berani bicara rupanya si Anak Kampung)

(Disaat semua kelompok di kelasnya maju untuk membahas hasil diskusinya
 masing – masing, Ryan maju untuk membacakan, semua terperanjat, semua terkesima,
 mereka menganggap hasil diskusi kelompok Ryan sangat bagus,
 disaat Fikri maju untuk membaca hasil diskusi kelompoknya, dia mendapatkan sorakan,
 teman – teman lain menganggap hasil diskusi kelompoknya tidaklah bagus,
 akhirnya Fikri malu sejadi – jadinya)

(Beberapa minggu kemudian, disaat Fikri bertemu dengan Aisyah)

Fikri    : “Syah, kamu melihat Ryan tidak ?,,,,
Aisyah : “tumben, tidak seperti biasa si Orang Kaya menanyakan kabar si Orang Miskin,
                gerangan apa nich ?, mau memukuli atau mencela lagi ?, belum puas juga ?,
Fikri    : “bukan begitu Syah, aku mau minta maaf, aku tahu aku keliru,
                aku telah banyak berbuat salah sama Ryan dan kamu, aku minta maaf Syah,,,,
Aisyah : “sudahlah Fik, tapi bukannya kamu senang jika Ryan tidak ada dihadapanmu,
                Ryan pernah bercerita kepadaku bahwa kamu pernah memukuli seraya kamu
                berkata kepadanya; “aku muak melihat mu ada di sekolah ini,
                mata ku terasa terkelip melihat mu ada di dekat ku, aku muak terhadap kau”
                Fik, kami memang hanya Anak Kampung, tapi kami punya Harga Diri,
                Punya Hati Nurani yang terkadang mudah rapuh dan Tersakiti”

(Terdiam, dan hanya terdiam, Fikri tunduk dengan Rasa Malu yang Terdalam)



"kami berhak bahagia, Kami berhak menggapai Cita"
kami memang hanya Orang Susah tapi kami punya Harga Diri, Punya Hati Nurani yang terkadang mudah rapuh dan Tersakiti”
"Moga dengan kaya tidak berbangga - bangga dan bercongkak ria, Moga dengan banyaknya Harta tak Membutakan Mata dan Diri menjadi Terlena"

"Insan Dalam Tanya & Jawab yang Ada"

"Insan dengan segala tingkah lakunya meliputi akal, perbuatan & ucap lisannya,
Insan berencana namun Allah SWT yang menentukannya,
Kapan suka atau duka Allah SWT jualah yang menggarisknya,
Apa - apa yang menuruk Makhluk itu baik, belum tentu baik menurut Allah SWT,
Apa - apa yang menurut Makhluk buruk, belum tentu buruk menurut Allah
SWT,
Hidup itu adalah Realita yang di dalamnya banyak menyimpan tanya,
Seakan Jawaban menjadi Sebuah Rahasia,
Rahasia Dibalik Rahasia"
"Insan Meresapi, Insan Memaknai"
"Mengarungi, Mentadaburi"
"Cinta Hakiki, Cinta Sejati"

"Bukan Membenci tapi Lebih Menyayangi"

"Abang,
  Aku mungkin tidak tahu apa yang sekarang ada di dalam fikiranmu.
  Apa yang Hendak kau lakukan, Aku tidak tahu.
  Sekecil Harapan pun Tidak pernah Kau Cerita Padaku.
  Aku Tahu Dulu Aku Sangat Membencimu.
  Rasanya Ingin Menghajar Dirimu.
  Aku tidak ingin Kalah darimu.
  Segala sesuatunya Haruslah Aku & Kau Harus Menunggu.
  Aku Memang Egois Terhadap mu.
  Aku memang tidak suka Cara Berfikirmu.
  Kau & Segelumit Aktivitasmu.
  Sejak Pertautan Kau dengan Orang - orang itu.
  Makin Geram Aku Terhadapmu.
  Tapi Apa Kehendakku Terhadap mu ?.
  Sebegitu Aku Membenci mu Tapi Aku Perhatian Terhadap mu.
  Aku Memang Terkadang Ragu Padamu.
  Aku Juga Kurang Faham dengan Pola Fikirmu.
  Waktu Kau Pergi Aku seolah Acuh Padamu.
  Tanpa Ingin Menoreh Sedikit pun Kepadamu.
  Kini, setelah Jauh Masa Berlalu.
  Entah Mengapa Bayangmu Senantiasa Hadir dalam Mimpiku.
  Barulah Aku Tahu.
  Setelah Semua Masa itu.
  Aku Akui, Memang Aku Sayang Padamu.
  Kau & Aku Memang Tertakdir Untuk Bersatu.
  Aku Sejatinya Adik mu.
  Maafkan Aku, Aku Memang Bersalah Padamu.
  Aku Butuh Sosok Seorang Kakak dalam Hidup Ku.
  Yang Aku tahu, Aku Rindu.
  Aku Ingin Bertemu Dengan Mu.
  Kapan pun Itu.
  Aku Hanya ingin Katakan, "Aku Sayang Padamu"

"Berbagilah walau Sedikit dan Terasa Pahit"
"Tak Memberi bukan Berarti Membenci"

"Indah Namun Tidak Dalam Fitrah"

“Lewat Maya dia mengenalnya,
  Perkenalan Lewat Kakak kandungnya,
  Canda tawa terbiasa untuk mereka,
  Keakraban timbul tanpa terasa,
  Beriring rasa yang tak biasa dan terduga,
  Rasa yang mengalir dengan sendirinya,
  Rasa Suka dan Sayang diantara keduanya,
  Sebuah Fitrah Tuhan Yang Maha Esa,
  Semua berubah dengan Pertikaian Membahana,
  Keemosian bak Merah Membara,
  Lama tersulut hingga datang Lerainya,
  Bersama dengan itu hilang pula Rasa diantaranya,
  Berjalan dengan arah yang tak sama,
  Terulang emosi dengan beragamnya,
  Bersama datangnya Kasih yang berbeda,
  Membawa Harapan yang Nyata,
  Dengan Ikrar Sumpah Setia,
  Didapati kembali Rasa Praduga,
  Apa itu Fitrah yang telah digariskannya?,
  Dengan Harapan untuk Menggapai Bahagia,
  Kisah dahulu datang dengan Ucap Lisannya,
  Berucap dengan Rasa Sayang yang masih ada,
  Masa memang telah berbeda Kondisinya,
  Hal itu telah menjadi Nyata tentunya,
  Suka atau tidak suka itulah Sebuah Rasa,
  Ikhlas Terpatri bersama tempat yang Semestinya”           


"Kau menjadi Rahasia dikala Maya"
"Kau tampakan Hiasan yang orang lain tak dapatkan"
"Mawar yang kelak Kau Dambakan"
"Terbina dan Kau Terjaga"

“Disini Untuk Melangkah Pergi”

“Aku tahu Kakak adalah orang yang pandai mensyukuri segala sesuatu yang ada di rumah ini”,
  (Tutur Adi kepada Rangga)

- “Sok tahu kamu, tahu apa kamu tentang semua ini ?,
   urusi saja Mata Pelajaran mu itu, usah sok perhatian seperti itu,
   aku tak perlu perhatian darimu, aku mengerti apa yang tersirat untuk ku”

   (Tampak Rangga dengan sedikit kekesalan)

-  Adi minta maaf sama Kakak, Adi tidak bermaksud apa – apa,
   Adi hanya ingin menyapa Kakak ?, apa hal itu salah dimata Kakak ?,
   Kalau memang sapa Adi ke Kakak membuyarkan Pandangan Kakak,
   Adi minta maaf yang sebesar – besarnya sama Kakak,
   Oh ya, ini ada segelas air putih untuk Kakak, moga Kakak mau meminumnya.

   (Dengan sedikit Hati bertanya, Adi pergi meninggalkan Rangga)

   (Lalu, keesokan harinya)
-  Kak Rangga, temani Adi jalan – jalan yuk, Kak Rangga mau kan ?
-  Oga ach, males rasanya, kamu aja sendiri sana, Kakak mau disini aja.
-  Tapi Kak ?.
-  Sudah sana,,,,

    (Dalam hati Adi bertanya lagi)
-   “Kenapa seolah Kak Rangga tidak menyayangiku ?”

    (Beberapa hari kemudian, timbul niatan Adi untuk membuat Puisi)
-   Tidak bagus ini mah, jelek, apaan coba.
-   Kakak kan belum lihat keseluruhannya, please Kak, ayo dong lihat !
-   Engga, pokoknya, aku bilang tidak ya tidak.
-   Kak, Puisi ini Special Adi buat untuk Kakak,
-   Kakak orang pertama yang Adi ijinkan untuk melihatnya,
    Please Kak, sekali ini saja, Adi mohon sama Kakak.
-   Baiklah, Kakak baca seutuhnya.
-   Oke, makasih ya Kak.

    (Dengan Hati gembira, Adi meluapkan dengan Menatap Rangga)

    (Namun, kegembiraan itu tak berlangsung lama, Rangga kembali berubah dengan keemosiannya,
     Rangga begitu geram dengan adiknya, seolah Adi bukanlah Saudara Kandungnya)

-   Kau ini kenapa sich ?, cari perhatian ya ?, caper kok sama aku,
    Caper tuch sama Ayah Ibu, tiap hari selalu saja kau membuntuti aku,
    berusaha untuk mengajak aku kemana kamu mau, aku bukan anak kecil lagi,
    tahu apa kamu tentang masalah ku, mau kuhajar kamu biar kamu diam !.
-   Astaghfirullah, Kak, Kak Rangga itu Kakak ku,
    apa salah jika seorang adik memberikan perhatian kepada Kakaknya ?,
    Adi sayang sama Kak Rangga, Kak Rangga itu adalah bagian dari Hidup Adi,
    memangnya Kak Rangga tak sayang sama Adi ?.

    (Pack, tamparan yang didapat Adi dari Rangga)

-   Kakak sayang sama aku, Kakak sayang aku, aku tahu itu.
    (Dengan sedih hati Adi pergi meninggalkan Rangga sendiri)

    (Sampai suatu hari, disaat Rangga duduk sendiri,
     akhirnya Adi memberanikan diri untuk bicara dari Hati ke Hati)

-   Kak Rangga mau marah, kesel, sebel sama Adi tidak apa – apa,
    tapi kenapa disaat Adi mengutarakan Perasaan Sayang Adi ke Kakak,
    Kakak begitu sangat tidak suka, mengapa Kak ?,
    apa salah ku sehingga Kak Rangga berubah dengan drastisnya ?,  
    Mengapa keceriaan Kak Rangga tidak seperti dulu kala ?
-   Lagi – lagi pertanyaan mu seperti itu, sudahlah, biarkanlah apa adanya,
    kalau kau tak suka juga tak mengapa, ini semua kan aku yang bermula.
-   Kak Rangga, jika photo Kakak aku simpan di Buku, Saku, atau Diary ku,
    apa Kak Rangga marah padaku ?, apa Kak Rangga kan benci kepadaku ?.
-   Itu hanya photo, buat apa mesti marah, benda seperti itu saja dipermasalahkan
-   Kak, semalam Adi mimpi kalau Kakak pergi meninggalkan Adi,
    dalam mimpi Adi memanggil Kakak, tapi Kakak tidak menyahut,
    Kakak malah terus pergi menjauh, apa mimpi itu akan menjadi nyata buat aku ?.
-   Kamu ini, selalu saja !.

    (Ternyata mimpi yang dialami Adi adalah sebuah kenyataan,
     Rangga pergi meninggalkan Adi tanpa berpamitan kepadanya)

-   Ayah,,,, Ibu,,,, Kak Rangga dimana ?, kok dari tadi tidak kelihatan ?,
    Kak Rangga pergi kemana ?, kok tidak bilang sama Adi, apa dia marah sama Adi ?

    (Setahun telah berlalu dan Adi hanya terbaring kaku di ICU,
    disaat itu pula Rangga datang dengan perubahan)

-   Ayah,,,, Ibu,,,, dimana ?, Bi, Ayah dan Ibu dimana ?, kok tidak ada ?,
    disemua ruangan pun tidak ada, kemana bi ?.
-   Masya Allah, ini bener den Rangga ?, paling bibi lihatnya den,
     Ayah sama Ibu den Rangga di rumah sakit.
-   Rumah sakit ?, memangnya siapa yang sakit bi ?.

    (Dengan wajah menunduk dan ucap yang sedikit kelut)

-   Ayah sama Ibu den Rangga menjenguk den Adi, den Adi koma den,
    sudah hampir setahun, den Adi koma akibat kecelakaan den,
    dia ditabrak oleh pengendara mobil yang lain waktu di jalan,
    pas kecelakaan itu, den Adi selalu menyebut nama den Rangga.

    (Tanpa berfikir panjang, Rangga bergegas menuju rumah sakit,
    sesampainya di rumah sakit, Ayah dan Ibunya terlihat dari kejauhan,
    menatap ke arah Rangga dengan tatap Heran dan Ketajaman)

-   Ayah, Ibu, maafin Rangga ya, maafin Rangga karena gagal menjadi anak yang baik,
    Rangga hanya membuat susah semua, Rangga hanya menjadi duri dalam keluarga,
    Rangga minta maaf yang sebesarnya.
-   Kamu betul – betul keterlaluan Rangga, Adi itu Adik kamu, saudara kandung kamu,
    apa salah jika dia terlalu menyayangimu dan memperhatikanmu ?,
    dia selalu bertanya tentang kamu, dia selalu menanyakan kamu,
    Kakak macam apa kamu Rangga, sampai adikmu KOMA pun kamu tidak tahu,
    lihat,,,, lihat,,,, adikmu terdiam, terbujur tanpa sepatah kata, lihat Rangga, lihat.

    (Banyak terdiam, banyak air mata menitik di pipi Rangga)

-   Dia juga pernah menuliskan surat buat kamu, ada di rumah suratnya, kalau begitu,
    Ayah sama Ibu pulang dulu, mengenai surat, di rumah saja nanti Ayah berikannya,
    bicaralah kepada Adikmu, dia pasti mendengarkan.
-   Maafin Kakak, Kakak rasa sangat bersalah sama kamu,
     Kakak memang bukanlah Kakak terbaik, Kakak ini orang jahat,
     Kakak memang orang yang tidak perduli, tapi dalam hati Kakak,
     jujur Kakak katakan kalau Kakak sayang sama kamu, maafin Kakak de.

     (Akhirnya selang berapa lama, Rangga pun balik menuju ke rumah,
     di rumah Ayah menanti dengan surat di tangannya)

-    Bacalah, mungkin dengan membaca surat itu, kamu akan mengerti segala sesuatunya.

     (Perlahan Rangga meraih surat yang ada di tangan Ayahnya,
      perlahan pula Rangga mulai membacanya)  

    "Jika hanya air putih yg kusuguhi masih enggankah kau mnyambut pagi ?,  
      Jika aku mlangkah dgn sbuah kaki masih enggankah kau menemani ?,  
      Jika hanya sbuah kata yg dpt kuberi masih enggankah kau menerima dgn sudi ?,  
      Jika Amarahmu teredam dgn sndiri masihkah air matamu mmbasahi ?,  
      Jika Photomu kusimpan dgn rapi masih kah rindumu mnghiasi ?,
      Jika aku brharap kau tetap disini masih ringan kah langkahmu tuk mninggalkan pergi?"

      (Rangga terdiam, dan hanya terdiam dengan Tangis Terdalam)


"Air Putih Kusuguhi tuk Bersama Menyambut Pagi"
"Tetap disini Tuk Temani"
"Kata Kuberi agar Kau Menerima dengan Sudi"
"Meredam Emosi"
"Kau Kusayangi"
"Jangan Pergi"